Pages

Jumat, 06 Agustus 2010

Si Pencari Cinta...

“Cinta. Dimanakah gerangan dikau berada? Adakah pada bintang yang terang, kelembutan rembulan atau mentari yang perkasa? Tidak! Karena cinta itu hanya ada pada kening yang bersujud dan jiwa yang pasrah”

Alkisah di suatu zaman, hidup seorang lelaki yang mencari cinta, namanya Arjuna. Saking ngebet-nya, gunung tertinggi didaki, isi bumi dijelajahi, lautanpun diarungi, hanya untuk mencari tempat berlabuh, yaitu wanita. Nggak peduli gunung, bumi, lautan, alam semesta ini punya siapa, main grasak grusuk aja. Disetiap tempat Arjuna berkata, “Wahai wanita, cintailah aku.” Ih… nih anak, malu-maluin banget! Masa’ sih sampe’ segitu-gitunya. Ya…, namanya juga Si Pencari Cinta. Gile beneer nih Arjuna.

Di kisah yang lain, seorang pemuda Ibrahim juga mencari cinta. Saat malam telah mendekap erat petang, tampak sebuah bintang. Tapi tak lama kemudian sang bintangpun tenggelam.
“Aku tak menyukai yang tenggelam,” katanya.

Matanya lantas beralih menatap rembulan yang bersinar indah penuh kelambutan. Namun, rembulanpun hanya sesaat, lalu tersipu malu dibalik kelam awan. Perlahan, bulir embun diujung daun mengawali pagi. Sebentar kemudian keperkasaan mentari menerangi jagad raya ini.
“Inikah dia yang kucari?” tanyanya pula.

Bukan! Bukan itu, karena mentaripun bersujud, lalu merunduk bersembunyi.

Cinta…
Bukankah begitu banyak manusia-manusia didunia ini yang mencari cinta. Ada yang kelak menjadi seorang pahlawan sehingga namanya selalu dikenang sepanjang zaman. Namun ada pula akhirnya harus menjadi pecundang yang diperbudak cinta. Jelas, tentu ada bedanya antara seorang Arjuna dengan Ibrahim ‘alaihi salam yang namanya termaktub indah dilembaran suci Al-Qur’an.

Arjuna mencari cintanya tanpa tedeng aling-aling, nggak peduli sana-sini, jumpalitan tak karuan, hanya untuk mencari cinta wanita. Apakah salah kalau Arjuna mencari cinta? Cinta memang sebuah fitrah yang dianugerahkan oleh Sang Pemilik Cinta. Tapi apa iya harus seperti itu? Masa sih akal, nalar dan pikiran sampai nggak jalan, bahkan hingga melebihi cintaNya! Waduh

Bayangkan, alangkah indahnya sebuah kisah sejati yang pernah terjadi didunia ini. Cinta seorang pemuda yang tak pernah pudar setelah ia mengenal dan mengetahui siapa yang patut menerima cintanya. Ia mengenal, mengagumi lantas jatuh hati kepada Sang Pencipta. Karena itu yang dicintaipun berkenan menyambut cintanya, bahkan menjadikannya sebagai khalilullah.

Cintanya bukanlah cinta yang penuh kepalsuan, emosi apalagi sekedar birahi. Namun cinta yang berkilauan laksana mutiara, murni hanya kepada Rabb seluruh jagat raya ini. Mengalir denyut nadi, helaan nafas serta aliran darah untuk tunduk dan patuh pada titah Illahi Rabbi. Cinta yang mestinya terpatri pada seiap hati seorang manusia, yakni cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam dan jihad di Jalan-Nya.

Bahkan, tak kalah indah pula kisah cinta banyak manusia yang tak pernah ada dalam sejarah sehingga mereka digelar “manusia-manusia langit”.

Tidaklah ingat kepada seorang Sumayah binti Khayyath, yang siap menjadi syahidah pertama dalam sejarah Islam demi mempertahankan akidah yang dicintainya. Atau, Ali bin Abi Thalib yang rela “pasang badan” menggantikan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam, padahal maut telah tampak di depan mata dan siap mencabut jiwanya? Atau Abu Bakar Ash Shiddiq yang tak kalah ikhlas hingga tangan dan kakinya dipatuk binatang berbisa saat berdua dengan seseorang yang dicintainya? Ia tak ingin tubuh kekasih yang dicintai dan dikasihinya itu sampai teluka.

Indah…
Sungguh teramat indah kisah-kisah pencari cinta yang mencari lalu tulus mencintai kekasih yang dicintai. Sebuah cinta sejati dan hakiki yang kelak mendapatkan Ridha Ilahi Rabbi.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang selalu mendambakan cinta, serta keridhaan kepada-Nya. Insya Allah.

Salam Sapa Para Pencinta_Yudhistira Pembelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar